Sensory Integrasi
Integrasi sensoris
berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan seluruh rangsang
sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian
menghasilkan respons yang terarah.
Disfungsi dari integrasi sensoris atau disebut juga disintegrasi sensoris berarti ketidak mampuan untuk mengolah rangsang sensoris yang diterima.
Gejala adanya disintegrasi sensoris bisa tampak dari : pengendalian sikap tubuh, motorik halus, dan motorik kasar. Adanya gangguan dalam ketrampilan persepsi , kognitif, psikososial, dan mengolah rangsang.
Namun semua gejala ini ada juga pada anak dengan diagnosa yang berbeda, misalnya anak dengan ASD. Diagnosa disintegrasi sensoris tidak boleh ditegakkan kalau ada tanda-tanda gangguan pada Susunan Saraf pusat.
Gejala adanya disintegrasi sensoris bisa tampak dari : pengendalian sikap tubuh, motorik halus, dan motorik kasar. Adanya gangguan dalam ketrampilan persepsi , kognitif, psikososial, dan mengolah rangsang.
Namun semua gejala ini ada juga pada anak dengan diagnosa yang berbeda, misalnya anak dengan ASD. Diagnosa disintegrasi sensoris tidak boleh ditegakkan kalau ada tanda-tanda gangguan pada Susunan Saraf pusat.
Terapi integrasi sensoris :
Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat.
Terapi integrasi sensoris meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya.
Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat.
Terapi integrasi sensoris meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya.
Aktivitas
integrasi sensoris merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks ,
dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
sumber : http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/integrasi-sensori
Terapi Wicara
Terapis
Wicara adalah profesi yang bekerja pada prinsip-prinsip dimana timbul
kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara bagi
orang dewasa maupun anak. Terapis Wicara dapat diminta untuk
berkonsultasi dan konseling; mengevaluasi; memberikan perencanaan maupun
penanganan untuk terapi; dan merujuk sebagai bagian dari tim penanganan
kasus.
Ganguan Komunikasi pada Autistic Spectrum Disorders (ASD):
Bersifat: (1) Verbal; (2) Non-Verbal; (3) Kombinasi.
Area bantuan dan Terapi yang dapat diberikan oleh Terapis Wicara:
- Untuk Organ Bicara dan sekitarnya (Oral Peripheral Mechanism), yang sifatnya fungsional, makaTerapis Wicara akan mengikut sertakan latihan-latihan Oral Peripheral Mechanism Exercises; maupun Oral-Motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.
- Untuk Artikulasi atau Pengucapan:
Artikulasi/ pengucapan menjadi kurang sempurna karena karena adanya gangguan, Latihan untuk pengucapan diikutsertakan Cara dan Tempat Pengucapan (Place and manners of Articulation). Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apu; distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan). Untuk Articulatory Apraxia, latihan yang dapat diberikan antara lain: Proprioceptive Neuromuscular. - Untuk Bahasa: Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah:1. Phonology (bahasa bunyi);2. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;3. Morphology (perubahan pada kata),4. Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa;5. Discourse (Pemakaian Bahasa dalam konteks yang lebih luas),6. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerja nya suatu Bahasa) dan;7. Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).
- Suara: Gangguan pada suara adalah Penyimpangandari nada, intensitas, kualitas, atau penyimpangan-penyimpangan lainnya dari atribut-atribut dasar pada suara, yang mengganggu komunikasi, membawa perhatian negatif pada si pembicara, mempengaruhi si pembicara atau pun si pendengar, dan tidak pantas (inappropriate) untuk umur, jenis kelamin, atau mungkin budaya dari individu itu sendiri.
- Pendengaran: Bila keadaan diikut sertakan dengan gangguan pada pendengaran maka bantuan dan Terapi yang dapat diberikan: (1) Alat bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada dokter yang terkait; (2) Terapi; Penggunaan sensori lainnya untuk membantu komunikasi;
PERAN KHUSUS dari Terapi wicara adalah mengajarkan suatu cara untuk ber KOMUNIKASI:
- Berbicara:Mengajarkan atau memperbaiki kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional. (Termasuk bahasa reseptif/ ekspresif – kata benda, kata kerja, kemampuan memulai pembicaraan, dll).
- Penggunaan Alat Bantu (Augmentative Communication): Gambar atau symbol atau bahasa isyarat sebagai kode bahasa; (1) : penggunaan Alat Bantu sebagai jembatan untuk nantinya berbicara menggunakan suara (sebagai pendamping bagi yang verbal); (2) Alat Bantu itu sendiri sebagai bahasa bagi yang memang NON-Verbal.
Dimana Terapis Wicara Bekerja:
- Dirumah Sakit: Pada bagian Rehabilitasi, biasanya bekerjasama dengan dokter rehabilitasi bersama tim rehabilitasi lainnya (dokter, psikolog, physioterapis dan Terapis Okupasi).
- Disekolah Biasa: Tidak Umum di Indonesia. Pada bagian Penerimaan siswa baru, biasanya bekerjasama dengan guru, psikolog dan konselor. Menangani permasalah keterlambatan berbahasa dan berbicara pada tahap sekolah, dan memantau dari awal murid-murid dengan kesulitan atau gangguan berbicara tetapi masih dapat ditangani dengan pemberian terapi pada tahap sekolah biasa.
- Disekolah Luar Biasa: Pada bagian Terapi wicara, bekerjasama dengan guru dan professional lainnya pada sekolah tersebut. Biasanya memberikan konsultasi, konseling, evaluasi dan terapi
- Pada Klinik Rehabilitasi: Praktek dibawah pengawasan dokter, biasanya dengan tim rehabilitasi lainnya,
- Praktek Perorangan: Praktek sendiri berdasarkan rujukan, bekerjasama melalui networking. Biasanya memberikan konsultasi, konseling, evaluasi dan terapi.
- Home Visit: Mendatangi rumah pasien untuk pelayanan-pelayanan diatas dikarenakan ketidakmungkinan untuk pasien tersebut berpergian ataupun dengan perjanjian.
Evi Sabir-Gitawan BSc. Speech & Language Pathologist
sumber : http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/terapi-wicara
Terapi Perilaku
Terapi
perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam
arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan
(belum ada) ditambahkan.
Terapi perilaku yang dikenal di seluruh
dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar
Lovaas PhD dari University of California Los Angeles (UCLA).
Dalam
terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement
positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang
diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi
bila anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons
sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia
sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak
untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons negatif
(atau tidak berespons) terhadap instruksi yang diberikan.
Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan
sebagai A-B-C; yakni A (antecedent) yang diikuti dengan B (behavior) dan
diikuti dengan C (consequence). Antecedent (hal yang mendahului
terjadinya perilaku) berupa instruksi yang diberikan oleh seseorang
kepada anak autis. Melalui gaya pengajarannya yang terstruktur, anak
autis kemudian memahami Behavior (perilaku) apa yang diharapkan
dilakukan olehnya sesudah instruksi tersebut diberikan, dan perilaku
tersebut diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak memperoleh
Consequence (konsekuensi perilaku, atau kadang berupa imbalan) yang
menyenangkan.
Tujuan penanganan ini terutama adalah untuk
meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini
umumnya mendapatkan hasil yang signifikan bila dilakukan secara
intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.
Terapi Sensory Integration
Pada kesempatan ini saya akan mengajak untuk
mempelajari mengenai terapi SI (Sensory Integration). Saat ini kita
sering mendengar istilah terapi SI, akan tetapi masih banyak pula orang
tua yang masih belum memahami sepenuhnya tentang SI. Sebagai orang tua
maka sudah sepantasnya untuk mempelajari terlebih dahulu jenis terapi
yang akan diberikan kepada anak, jangan sampai pemberian terapi tersebut
menjadi percuma dikarenakan tidak sesuai dengan kebutuhan anak atau
hanya dikarenakan mencoba-coba atau bahkan hanya mengikuti langkah
orangtua lain yang anaknya mengalami banyak kemajuan setelah mengikuti
terapi jenis ini.
Sensory
Integration merupakan suatu proses neurologi dalam mengatur dan
menterjemahkan input sensori, untuk dapat memberikan respon sesuai
dengan input tersebut.
Bagian-bagian
syaraf yang sangat banyak bekerja sama, sehingga seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Tubuh kita dan
lingkungan mengirim pesan ke otak melalui indera kita, informasi
tersebut diproses dan diorganisasi sehingga kita merasa nyaman dan aman
serta kita mampu merespon secara tepat sesuai situasi dan kondisi.
Konsep Sensory Integration merupakan karya yang dikembangkan oleh A. Jean Ayres, PhD. OTR seorang Occupational Therapist.
Pada
sebagian besar anak, kemampuan SI akan berkembang dengan sendirinya
seiring dengan aktivitas yang dilakukan oleh anak tersebut setiap hari.
Anak akan banyak mendapat pengalaman dan pembelajaran dari apa yang
setiap hari dilakukannya.
Akan tetapi hal ini
terkadang tidak berlaku pada beberapa anak yang kemampuan SI-nya tidak
berkembang seefisien seharusnya. Ketika proses tersebut terganggu,
sejumlah masalah dalam proses belajar, perkembangan, ataupun tingkah
laku bisa muncul.
Orang tua biasanya lebih
mengenal dan mengerti anak mereka lebih daripada orang lain. Oleh karena
itu, mereka juga akan lebih tahu daripada orang lain ketika anak mereka
sedang menghadapi masalah ataupun mengalami hambatan.
Jika
seorang anak diduga memiliki gangguan SI, maka sebuah assessment dapat
dilaksanakan oleh seorang Occupational Therapist. Assessment biasanya
terdiri dari beberapa test standard dan observasi yang terstruktur
sesuai usia perkembangan anak.
Assessment tersebut akan mengevaluasi kemampuan anak dalam merespon rangsangan sensori, postur, keseimbangan, koordinasi, dll.
Setelah hasil riset dan observasi dianalisa, terapis akan membuat rekomendasi mengenai terapi yang dibutuhkan.
Anak
dengan SI Dysfunction dikarenakan adanya gangguan dalam fungsi otak
yang menghambat kemampuan mengatur dan menterjemahkan informasi sensori
motor.
SI
Dysfunction mungkin menjadi sebagai penyebab dari adanya masalah
seperti kesulitan bicara, kesulitan konsentrasi, kekacauan
social-emosional, gangguan perilaku dan masalah-masalah lain.
Jika
terapi Sensory Integration direkomendasikan, maka anak akan dituntun
melalui berbagai aktivitas yang akan menantang kemampuan anak dalam
memberikan respon yang sesuai terhadap input sensori yang diterimanya.
Melatih
keahlian-keahlian khusus bukanlah merupakan fokus dari jenis terapi
ini. Dalam melakukan suatu aktivitas terapi SI, yang menjadi fokus
bukanlah hasil/end product, melainkan proses anak dalam melakukan
aktivitas tersebut. Dalam mengikuti sesi terapi SI, maka
aktivitas-aktivitas terapi hanyalah sebagai suatu media dan bukan
menjadi target terapi.
Dalam
terapi SI, anak Anda akan dituntun untuk melakukan aktivitas yang
menantang kemampuannya dalam memberikan respon yang sesuai terhadap
input sensori yang diterimanya.
Terapi
SI akan melibatkan aktifitas yang memberikan rangsangan yang dirancang
sesuai dengan kebutuhan anak untuk berkembang. Aktivitas tersebut juga
dirancang untuk beangsur-angsur meningkatkan tuntutan terhadap anak Anda
untuk mampu membuat respon yang lebih teratur dan lebih terstruktur.
Penekanan
lebih difokuskan pada bagaimana kualitas proses sensorimotor yang
dilakukan oleh anak dalam melakukan aktifitas tersebut, daripada
mengajarkan atau melatih anak tersebut tentang bagaimana cara memberikan
respon atau bagaimana cara mendapatkan hasil aktifitas yang sebaik
mungkin.
Melatih suatu keterampilan khusus
jarang menjadi fokus dari terapi jenis ini. Akan tetapi pada beberapa
kasus, anak dilatih untuk melakukan keterampilan khusus bisa menjadi
tujuan utama, sehubungan dengan adanya kebutuhan untuk meningkatkan
perkembangan harga diri anak atau untuk menunjang kemampuan
bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Salah satu aspek penting dari terapi yang menggunakan pendekatan SI adalah motivasi anak.
Physiology
otak yang dilibatkan anak pada saat melakukan gerakan aktif,
responsive, berbeda dengan physiology otak yang dilibatkan pada saat
anak hanya melakukan peragan pasif.
Aktivitas
aktif akan sangat bergantung pada kemampuan inisiatif, perencanaan
gerak, pelaksanaan gerakan, dan kontrol gerakan, sehingga secara
kualitas tampak lebih terkoordinasi. Sedangkan pada aktifitas pasif,
terkadang hanya memberikan sensasi ataupun gerakan yang tidak sepenuhnya
menuntut adanya respon dari anak.
Keterlibatan
aktif anak akan memberikan pengalaman dan pembelajaran yang terbaik
untuk menuntun ke arah pertumbuhan proses belajar dan pengaturan tingkah
laku yang lebih baik.
Ketika anak dilibatkan sevara aktif, dia memiliki kontrol yang lebih terhadap situasi dan kondisi diri serta lingkungan.
Dengan
aktifitas pasif, kebalikannya, kita harus lebih hati-hati sebab anak
terkadang kurang dapat menunjukan tanda-tanda kesulitan dan tidak
mempedulikan lingkungannya.
Oleh karena itu,
untuk memberikan pengalaman dan pembelajaran yang efektif bagi anak maka
biasanya akan lebih menekankan pada partisipasi aktif dari anak.
Terapi
yang menggunakan pendekatan Sensory Integration pada umumnya menarik
bagi anak. Ruang yang penuh dengan alat-alat yang menarik, lerengan
untuk meluncur, ayunan, guling besar untuk dipanjat, terowongan, tangga
tali, berbagai macam ukuran bola, dll. akan sangat menarik bagi seorang
anak.
Bagi anak, terapi SI merupakan bermain
dan dapat kelihatan seperti bermain bagi orang dewasa juga. Tetapi hal
tersebut merupakan pekerjaan yang tidak mudah sebab terapis harus sangat
kreatif dan inovatif, sebab apabila aktivitas yang diberikan tidak
sesuai dengan kebutuhan anak maka hal tersebut hanya akan bersifat
bermain dan tujuan dari terpi SI menjadi tidak tercapai.
Banyak
anak dengan gangguan sensori integration belum mampu bermain secara
tepat tanpa adanya arahan dari terapis. Menciptakan suasana bermain
selama terapi SI dilakukan bukan hanya untuk bergembira. Suasana
tersebut sangatlah berguna sebab anak akan lebih tertarik dan menikmati
aktifitas terapi yang diberikan, dan dengan demikianlah efektifitas
pelaksanaan sesi terapi SI akan jauh lebih maksimal dibandingkan dengan
anak yang kurang termotivasi dalam mengikuti jalannya sesi terapi SI.
Terapi
SI haruslah mampu memberikan pengalaman dan pembelajaran yang terus
berkembang sehingga terus mampu memberikan pengalaman positif bagi anak.
Namun demikian, tidak setiap sesi terapi akan berjalan seperti yang
kita harapkan, yaitu berjalan dengan efektif dan efisien. Setiap anak
pernah mengalami hari sulit.
Bahkan pada
beberapa kasus, ada anak yang mengalami hambatan dalam beradaptasi
ataupun merasa kurang nyaman dengan berbagai macam alat dan aktifitas
permainan. Oleh karena itu, bagi beberapa anak memulai terapi SI bisa
menjadi sesuatu proses yang sulit. Terapis yang terlatih akan tahu
seberapa besar dorongan yang seharusnya diberikan kepada seorang anak
dan boleh meminta bantuan orangtua dalam menolong anak untuk terlibat.
Kemajuan dalam mengikuti terapi SI tidak bisa dipisahkan dengan peran aktif orang tua.
Orang
tua sangat mengerti anak mereka, sehingga sangat berperan dalam
memantau perkembangan dan hambatan yang dialami anak. Orang tua juga
sangat diharapkan untuk mampu memberikan lingkungan yang kaya dengan
stimulasi, sehingga anak akan terus mendapatkan pengalaman dan
pembelajaran dari lingkungannya. Arahan dan tuntunan sangat dibutuhkan
oleh orang tua supaya mampu mewujudkan lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan anak.
Sebuah home program harus diberikan oleh terapis untuk membantu orang tua di rumah dalam melatih kembali anaknya.
Ketika
pendekatan sensori integration berhasil, anak akan mampu secara
otomatis memproses informasi sensori secara kompleks dengan cara yang
lebih efektif dari pada sebelumnya. Hal ini memiliki sejumlah hasil
penting.
Peningkatan pada koordinasi gerak
dapat dilihat dari kemampuan anak untuk melakukan tugas motorik kasar
atau halus dengan keterampilan yang lebih baik dan pada tingkat
kesulitan yang lebih tinggi dari yang diharapkan ketika anak belum
mengikuti terapi.
Untuk anak yang pada mulanya
menunjukkan masalah pada respon yang berlebihan atau kurang terhadap
rangsangan, respon yang lebih normal dapat membimbing ke arah
penyesuaian emosi yang lebih baik, meningkatkan keterampilan personal
sosial, atau percaya diri yang lebih besar.
Beberapa
anak akan menunjukkan adanya perkembangan bicara dan bahasa, dll.
Sangat sering, orangtua melaporkan bahwa anak mereka kelihatannya lebih
tenang, lebih perhatian, lebih memiliki percaya diri, lebih cepat dalam
mempelajari sesuatu kemampuan baru, serta sangat menunjang kemajuan di
berbagai program terapi lainnya.
Sumber : disini
(Ditulis
oleh : Krisna Kurniawan, AMd.OT ; Occupational Therapy Consultant di
PTA Matahatiku, Bintaro Sektor 1, Telp : (021) 7364727)
Label:
Artikel
Ito Si Mungil yang Istimewa
Karya : Dr. Herry
RSAB Harapan Kita, Jkt (17 Okt 2013)
RSAB Harapan Kita, Jkt (17 Okt 2013)
Waskito Budi Adi Ari Bawa
|
Waskito
Budi Adi Ari Bawa, itulah nama panjangmu
Tubuhmu
mungil, gerakanmu lincah.
Sederetan prestasi menghias hidupmu,
tapi
bukan hanya penghias hidup mu.
Kau
buktikan dlm sepak terjangmu
Kau berjuang untuk anak-anak yang tersingkirkan
Ya... anak dengan kebutuhan khusus.
Anak-anak yang selama ini terpinggirkan,
seolah
mereka tidak berguna untuk orang lain.
Di
bidang inilah kau berjuang utk mendidik mereka
berguna
bagi dirinya dan orang lain,
Kau berjuang membuka mata penguasa akan tanggungjawabnya.
Ito...
Di tubuh mungilmu tersimpan potensi besar.
Tubuh mungilmu selalu bergerak lincah menghias setiap langkahmu.
Dengan lincah kau loncat dari satu kota ke kota lain,
bahkan
dari satu pulau ke pulau lain.
Indonesia butuh orang sepertimu
Tubuh mungilmu menyimpan tenaga yang sangat besar.
Tenaga yang memungkinkanmu untuk lompat ke seluruh pulau di negeri ini.
Kelelahan tak pernah menghiasi wajahmu.
Wajah yg berhias senyuman yang lucu.
Setiap kata yang meluncur dari bibirmu,
seolah
tak henti gambaran perjuanganmu.
Ya Allah Ya Robb...
Kau Maha Segalanya, semua yang cipta bukanlah sia-sia
Ya Allah kau beri indonesia dengan Si Ito Mungil yang Istimewa,
yang
berjuang bagi anak-anak istimewa.
Perjuangan
yang membutuhkan tenaga dan pikiran.
Ya Allah Ya Robb…
Bimbing
dan lindungi dia bila jalankan tugasnya.
Permudahlah dalam setiap langkahnya,
Sehatkan
tubuh dan pikirannya.
Kuatkan imannya, jauhkan dari gangguan setan yg terkutuk...
sumber : klik disini
Waskito
Budi Adi Ari Bawa, itulah nama panjangmu
Tubuhmu
mungil, gerakanmu lincah.
Sederetan prestasi menghias hidupmu,
Sederetan prestasi menghias hidupmu,
tapi
bukan hanya penghias hidup mu.
Kau
buktikan dlm sepak terjangmu
Kau berjuang untuk anak-anak yang tersingkirkan
Ya... anak dengan kebutuhan khusus.
Anak-anak yang selama ini terpinggirkan,
Kau berjuang untuk anak-anak yang tersingkirkan
Ya... anak dengan kebutuhan khusus.
Anak-anak yang selama ini terpinggirkan,
seolah
mereka tidak berguna untuk orang lain.
Di
bidang inilah kau berjuang utk mendidik mereka
berguna
bagi dirinya dan orang lain,
Kau berjuang membuka mata penguasa akan tanggungjawabnya.
Kau berjuang membuka mata penguasa akan tanggungjawabnya.
Ito...
Di tubuh mungilmu tersimpan potensi besar.
Tubuh mungilmu selalu bergerak lincah menghias setiap langkahmu.
Dengan lincah kau loncat dari satu kota ke kota lain,
Di tubuh mungilmu tersimpan potensi besar.
Tubuh mungilmu selalu bergerak lincah menghias setiap langkahmu.
Dengan lincah kau loncat dari satu kota ke kota lain,
bahkan
dari satu pulau ke pulau lain.
Indonesia butuh orang sepertimu
Tubuh mungilmu menyimpan tenaga yang sangat besar.
Tenaga yang memungkinkanmu untuk lompat ke seluruh pulau di negeri ini.
Kelelahan tak pernah menghiasi wajahmu.
Wajah yg berhias senyuman yang lucu.
Setiap kata yang meluncur dari bibirmu,
seolah
tak henti gambaran perjuanganmu.
Ya Allah Ya Robb...
Kau Maha Segalanya, semua yang cipta bukanlah sia-sia
Ya Allah kau beri indonesia dengan Si Ito Mungil yang Istimewa,
Ya Allah Ya Robb...
Kau Maha Segalanya, semua yang cipta bukanlah sia-sia
Ya Allah kau beri indonesia dengan Si Ito Mungil yang Istimewa,
yang
berjuang bagi anak-anak istimewa.
Perjuangan
yang membutuhkan tenaga dan pikiran.
Ya Allah Ya Robb…
Bimbing
dan lindungi dia bila jalankan tugasnya.
Permudahlah dalam setiap langkahnya,
Permudahlah dalam setiap langkahnya,
Sehatkan
tubuh dan pikirannya.
Kuatkan imannya, jauhkan dari gangguan setan yg terkutuk...
Kuatkan imannya, jauhkan dari gangguan setan yg terkutuk...
sumber : klik disini
Label:
Puisi
Aneka Terapi untuk Aneka Autisme
AUTISME bukan semacam vonis yang tak bisa ditawar lagi. Ada sejumlah
terapi yang bisa dilakukan. Menurut Melly Budhiman, Ketua Yayasan
Autisme Indonesia, semakin cepat dilakukan penanganan terhadap penderita
autisme, hasilnya akan semakin baik pula. Terapi yang dilakukan sejak
dini dapat menghilangkan gejala yang umumnya terjadi pada anak autis,
hingga akhirnya si anak bisa sejajar dengan temannya yang lahir normal.
Ada
bermacam terapi. Namun terapi untuk penderita autisme biasanya
berbeda-beda, bergantung pada kebutuhan masing-masing. Waktu terapi dan
keberhasilannya juga tidak sama. Peran serta orang tua dengan rajin
mengulang terapi di rumah, tingkat kecerdasan anak, serta ringan atau
beratnya autisme akan sangat berpengaruh. Berikut ini beberapa jenis
terapi yang sering dilakukan.
Terapi Okupasi
Penderita
autisme biasanya mendapati kesulitan berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Bukan cuma itu, mereka juga tidak tahu bagaimana
menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari.
Padahal, bagi anak-anak normal, pekerjaan seperti itu mudah saja
dilakukan.
Problem ini timbul lantaran penderita autisme umumnya
mengalami gangguan motorik. Untuk mengembangkan motorik halusnya, terapi
okupasi adalah salah satu jalan keluar.
Ada beberapa latihan
yang dilakukan, antara lain latihan berkonsentrasi menyusun
barang-barang kecil (meronce) yang melibatkan kerja otak, mata, dan
tangan secara bersama-sama. Untuk melatih motorik tangan, penderita
autisme juga diajari cara memegang pensil, pulpen, atau sendok dengan
benar. Pada terapi ini, biasanya diajarkan juga melakukan kegiatan
sehari-hari (activity daily living) seperti cara memakai topi,
sepatu, dan baju. Juga bagaimana cara makan dan minum tanpa bantuan
orang lain, membedakan benda-benda yang kasar dan halus, serta melatih
indra penciuman seperti mencium bau atau wangi.
Terapi Wicara
Bukan
rahasia lagi, kemampuan berbicara penderita autisme berkembang dengan
amat lambat. Saat teman-teman sebayanya sudah pandai bercerita, anak
autis biasanya sulit sekali bersuara sekalipun untuk sepatah kata.
Kalaupun akhirnya mengoceh, suara dari bibir mereka terdengar aneh dan
sering seperti gumaman yang sulit dimengerti.
Dengan terapi
wicara, kemampuan berbicara anak autis jadi terdongkrak. Mereka yang
telah sukses menjalani terapi ini akan mudah bercakap-cakap. Bahkan ada
beberapa anak autis yang kemampuan bahasanya di atas anak-anak normal
sebayanya.
Ada sejumlah latihan yang mesti dilakukan: bertepuk
tangan dengan ritme yang berbeda-beda, mengimitasi bunyi vokal,
mengimitasi kata dan kalimat, belajar mengenal kata benda dan sifat,
merespons bunyi-bunyi dari lingkungan sekitar dan belajar membedakannya,
mengembangkan kemampuan organ artikulasi, belajar berbagai ekspresi
yang mewakili perasaan (sedih, senang, cemas, sakit, dan marah),
menangis, berlatih mengangguk untuk mengatakan "ya", menggeleng untuk
"tidak", dan lain-lain, juga belajar merangkai kata, frase, dan kalimat.
Untuk alat bantu, biasanya digunakan gambar ataupun benda.
Terapi Tingkah Laku
Patuh
adalah salah satu kesulitan yang sering dialami penderita autisme.
Terapi tingkah laku meliputi pelbagai hal. Misalnya, diajarkan bagaimana
duduk diam dengan tangan dilipat di atas meja. Biasanya terapis akan
menggunakan kalimat perintah yang agak keras untuk membuat anak
berkonsentrasi. Penderita autisme lebih banyak tenggelam dalam dunianya
sendiri dan, karena itu, akan diajak berkomunikasi dengan orang lain,
termasuk melalui kontak mata.
Salah satu metode yang terkenal
untuk mengajarkan terapi tingkah laku adalah Applied Behavior Analysis
(ABA) atau sering disebut pula metode Lovaas. Diadopsi dari nama
penemunya, metode ini baru diterapkan di Indonesia sekitar tahun 1997.
Dengan cirinya yang terstruktur, terarah, dan terukur, metode ini
memudahkan orang tua memantau perkembangan anak mereka.
Materi
yang diajarkan antara lain memasangkan benda-benda seperti piring dengan
gelas dan mengidentifikasi benda-benda di sekitar. Si penderita
misalnya diminta mengambil benda yang disebut oleh terapis serta
melakukan pekerjaan yang diperintahkan. Selain itu, diajarkan
pengetahuan akademis dalam tingkat yang sederhana, misalnya belajar
mengenal huruf dan angka.
Model ini juga mengajari anak autis
memfokuskan perhatian dan bersosialisasi dengan teman-temannya, dua hal
yang sangat sulit dilakukan oleh penderita.
Fisioterapi
Penderita
autisme biasanya juga mengalami gangguan pada motorik kasarnya-selain
motorik halus. Problem yang kerap timbul antara lain anak tidak bisa
berjalan dengan menjejakkan telapak kakinya ke lantai (berjalan jinjit).
Anak autis juga kerap sulit mencontoh gerakan yang diperagakan terapis,
misalnya memainkan tangan, kaki, atau kepala. Untuk mengatasinya, bisa
diterapkan fisioterapi.
Bentuk terapi latihan fisik ini antara lain senam untuk menguatkan otot, peregangan (stretching), pijatan di daerah otot yang tegang, dan latihan keseimbangan.
Pelaksanaannya
berbeda untuk tiap penderita, tergantung masalah yang dialami. Ada anak
autis yang sangat hiperaktif atau sebaliknya terlalu diam dan malas
bergerak.
Terapi Air
Penderita
autisme umumnya takut dengan air. Padahal latihan yang dilakukan di
kolam renang bisa membantu memulihkan kondisi fisik penderita autisme
lebih cepat daripada di darat. Sebab, tekanan di dalam air membantu
mengencangkan otot-otot, terutama di bagian lengan dan kaki.
Gerakan yang dilakukan sebagian besar hampir sama dengan fisioterapi, antara lain senam dan stretching.
Bila penderita sudah mampu mengatasi rasa takut berada di dalam air,
latihan akan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan dasar berenang.
Terapi Musik
Tak
dapat disangkal, musik adalah sebuah keajaiban. Bukan hanya mempesona
bagi mereka yang terlahir normal, musik bisa menjadi salah satu alat
bantu terapi.
Terapi musik bisa digunakan sebagai alat bantu
untuk memecahkan kebuntuan komunikasi pada anak. Musik adalah alat ampuh
untuk mengembangkan kepekaan suara dan mendongkrak kemampuan berbahasa
pada anak. Selain itu, terapi ini bisa mendobrak dinding yang seolah
memisahkan anak dengan lingkungannya dan mengajari anak bersosialisasi.
Metode
yang dilakukan antara lain mengenalkan musik melalui bunyi atau lagu.
Selanjutnya, anak akan meniru lagu yang diputar dan melakukan gerakan
seperti dalam lagu. Cara ini bisa meningkatkan fungsi indra pendengaran
dan merangsang kemampuan berbicara.
Terapi Medikamentosa
Dalam
pelaksanaannya, terapi ini tidak bisa dilakukan tanpa pengawasan dokter
yang berwenang. Pemberian obat-obatan ataupun vitamin dosis tinggi
tidak boleh sembarangan. Sebab, dampak yang akan terjadi pada tiap
penderita autisme berbeda-beda. Terapi bergantung pada gangguan yang
terjadi.
Ada beberapa gejala yang sebaiknya dihilangkan dengan
pemberian obat-obatan, yaitu saat anak terlalu hiperaktif, menyakiti
diri sendiri dan orang lain (agresif), merusak, dan sulit tidur. Meski
begitu, harus dicamkan, obat bukan untuk menyembuhkan, melainkan untuk
menghilangkan gejala saja.
Pemberian vitamin B (B6 dan B15) dosis
tinggi pada sebagian anak dapat menimbulkan dampak positif. Sedangkan
untuk obat-obatan biasanya digunakan obat antidepresi yang dapat
meningkatkan jumlah seretonin di dalam otak.
Terapi Diet
Mengatur
pola makan adalah hal penting lainnya yang harus dilakukan pada
penderita. Ada beberapa makanan yang harus dihindari, antara lain
camilan yang mengandung gluten, kasein, serta zat lain seperti penambah
rasa (MSG), pewarna makanan, gula sintetis, dan ragi yang digunakan
untuk fermentasi makanan.
Gluten adalah protein yang didapat dari tepung terigu seperti sereal gandum, barley, dan oat, juga makanan yang dibuat dari olahan tepung terigu seperti mi, roti, dan kue kering.
Kasein
merupakan protein yang berasal dari susu hewan serta hasil olahannya
seperti keju, susu asam, dan mentega. Sebagai gantinya, bisa diberikan
susu yang diolah dari kedelai, kentang, almon, dan lain-lain.
Dewi Rina Cahyani
sumber : http://www.autis.info
Label:
Artikel
Asperger, Gangguan Anak Antisosial
JAKARTA-- Autisme seakan-akan jadi momok menakutkan bagi banyak orang
tua. Tidak heran, karena jumlah angka penderitanya di seluruh dunia
terus meningkat, termasuk di Indonesia. Meskipun belum ada angka pasti
yang menyebutkan penderita autis di Indonesia.
Nyatanya tidak
hanya penderitanya saja yang bertambah, kini varian autisme juga semakin
banyak diketahui. Sindrom asperger merupakan salah satu varian autisme
yang lebih ringan dibandingkan kasus autisme klasik.
Gangguan
Asperger berasal dari nama Hans Asperger, seorang dokter spesialis anak
asal kota Wina, Austria. Pada tahun 1940, Asperger ialah orang pertama
yang menggambarkan pola perilaku khusus pada pasien-pasiennya, terutama
pasien laki-laki.
Asperger memperhatikan, meskipun anak
laki-laki tersebut memiliki tingkat intelegensia yang normal serta
kemampuan bahasa yang baik, namun mereka memiliki kekurangan dalam
kemampuan bersosialisasi. Umumnya mereka tidak mampu berkomunikasi
secara efektif serta kemampuan koordinasi yang kurang baik.
Sindrom asperger banyak disebut sebagai varian dari autisme yang lebih
ringan. Para ahli mengatakan, pada penderita sindrom asperger memiliki
kondisi struktural otak secara keseluruhan lebih baik dibandingkan pada
penderita autisme.
Menurut Clinical Assistant Professor of
Pediatrics Jefferson Medical College Philadelphia, Susan B. Stine, MD
karakter dari anak-anak yang mengalami sindrom asperger ialah kurangnya
kemampuan berinteraksi sosial, pola bicara yang tidak biasa dan tingkah
laku khusus lainnya.
Kemudian, anak-anak dengan sindrom
asperger biasanya sangat sulit untuk menampilkan ekspresi di wajahnya
serta sulit untuk membaca bahasa tubuh pada orang lain.
“Mereka
kemungkinan juga merasa nyaman dengan rutinitas tertentu yang harus
dilakukan setiap hari serta sensitif terhadap stimulasi sensori
tertentu, misalnya mereka akan tertanggu oleh nyala lampu redup yang
mungkin tidak diperhatikan oleh orang lain. Bisa saja mereka menutup
kuping agar tidak dapat mendengarkan suara di sekitarnya atau mereka
mungkin lebih memilih pakaian dari bahan-bahan tertentu saja,” jelas
Stine.
Selain itu, tambah Stine, ciri dari anak yang mengalami
sindrom asperger adalah terlambatnya kemampuan motorik, ceroboh, minat
yang terbatas dan perhatian berlebihan terhadap kegiatan tertentu.
Hal senada diungkapkan oleh dokter spesialis anak konsultan Neurologi,
dr Hardiono D Pusponegoro, Sp.A(K). Dia memaparkan, sindroma asperger
adalah gangguan perkembangan dengan gejala berupa gangguan dalam
bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama
berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang
menarik perhatian.
“Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik
atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak
mengalami keterlambatan bicara,” kata Hardiono.
Jika dilihat secara
sekilas, lanjutnya, anak tersebut tidak berbeda dengan anak yang pintar
dan kreatif. Hanya saja, anak tersebut biasanya memiliki satu minat
tertentu saja untuk dikerjakannya.
Memang secara keseluruhan
anak-anak yang mengalami gangguan sindrom asperger mampu melakukan
kegiatan sehari-hari, namun terlihat sebagai pribadi yang kurang
bersosialisasi sehingga sering dinilai sebagai pribadi eksentrik oleh
orang lain.
Menurut Stine, jika penderita sindrom asperger beranjak
dewasa, biasanya mereka akan merasa kesulitan untuk mengungkapkan empati
kepada orang lain serta tetap kesulitan untuk berinteraksi dengan orang
lain.
“Pada ahli mengatakan bahwa penderita sindrom asperger
biasanya akan menetap seumur hidup. Namun, gejala tersebut dapat
dikurangi dan diperbaiki dalam kurun waktu tertentu terutama deteksi
dini sindrom asperger akan sangat membantu,” pungkasnya.
Gangguan sindrom asperger pada umumnya akan terus mengikuti perkembangan
usia seseorang. Meski tidak membahayakan jiwa, namun gangguan itu bisa
membuat anak takut berada di keramaian dan membuat anak depresi.
Ciri yang menonjol pada anak asperger adalah mereka tidak bisa membaca
kode-kode atau ekspresi wajah seseorang. Karena ketidakmampuannya itu,
anak asperger dijauhi teman-temannya.
"Biasanya mereka jadi anak yang antisosial, sulit berinteraksi dengan orang lain," kata Hardiono.
Ketika anak asperger tidak mempunyai teman, lalu tidak tahu harus
bersikap bagaimana untuk menghadapi sebuah situasi, dia akan merasa
putus asa dan akhirnya depresi.
Sesuai dengan perkembangan otak,
kalau kelainan itu diketahui lebih dini, maka bisa distimulasi atau
diberi obat agar berkembang ke arah yang baik.
Namun, kalau
sudah terlambat deteksinya, yaitu sudah berusia lima atau enam tahun,
maka sulit penanganannya karena perkembangan otak sudah berhenti. Pada
umur lima tahun, bagian otak yang disebut sinaps-sambungan antar saraf
di mana bahan kimia serotonin bekerja-akan berhenti.
Kini
teknik-teknik terapi sudah jauh lebih maju dan fasilitas sudah banyak.
Hardiono menuturkan, salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah dengan
mengajak si anak bermain. Stimulasi ini diketahui memperbaiki sinaps
dan meningkatkan kadar serotonin.
Menurut Hardiono, anak asperger
masih bisa diterapi, terutama dalam hal kemampuan bersosialisasi.
Pasalnya, kemampuan mereka bersosialisasi sangat kurang.
"Cara
terapi yang paling baik adalah mengajarkan anak bagaimana berinteraksi
dengan orang lain. Terapi dalam bentuk peer group akan lebih baik lagi,"
paparnya.
Anak asperger biasanya memiliki kecerdasan yang tinggi,
maka orangtua akan dengan mudah mengajarkan emosi sosial. Misalnya,
mengajarkan bagaimana harus bersikap jika menghadapi situasi tertentu.
R. Kaan Ozbayrak,MD, Assistant Professor of Psychiatry University of
Massachusetts Medical School menambahkan, beberapa hal lain yang dapat
dilakukan untuk membantu anak-anak penderita sindrom asperger. Terapi
atau pengobatan yang dilakukan juga harus disesuaikan.
Secara umum
Ozbayrak mengatakan, anak-anak penderita sindrom asperger akan banyak
terbantu oleh orangtua yang memahami dan mampu membantunya. Kemudian,
mereka juga membutuhkan pendidikan yang diperuntukan khusus bagi
kebutuhannya. Selain itu, anak memerlukan latihan kemampuan untuk
bersosialisasi serta terapi wicara.
"Terapi sensori integrasi juga
dapat berguna bagi anak-anak yang masih kecil untuk meminimalisir
kondisinya yang terlalu sensitif. Sementara itu, untuk anak-anak yang
lebih tua dapat mendapatkan terapi kognitif atau psikoterapi,” papar
Ozbayrak. (ri)
Sumber : www.republika.co.id
Label:
Artikel
Kenali Ciri Asperger
Penulis : Ikarowina Tarigan
ISTILAHAsperger's Syndrome sebelumnya mungkin masih asing di telinga Anda. Akan tetapi, penayangan film Bollywood My Name is Khan turut mengingatkan kembali tipe autisme ringan ini.
ISTILAHAsperger's Syndrome sebelumnya mungkin masih asing di telinga Anda. Akan tetapi, penayangan film Bollywood My Name is Khan turut mengingatkan kembali tipe autisme ringan ini.
Dalam film ini, tokoh utama Rizwan Khan didiagnosis menderita Asperger's syndrome.
Khan digambarkan sebagai anak dengan perilaku agak aneh (sering
meremas-remas batu) tetapi berbakat (memperbaiki setiap mesin yang
rusak).
Apa itu Asperger's syndrome?Asperger's syndrome merupakan salah satu tipe pervasive development disorder
(PDD). PDDs merupakan sekelompok kondisi termasuk keterlambatan
perkembangan keahlian dasar seperti keterampilan bersosialisasi dengan,
berkomunikasi dan menggunakan imajinasi.
Meskipun Asperger's syndrome
mempunyai kesaman dengan autisme (jenis PPDs yang lebih parah),
gangguan ini juga memiliki perbedaan di beberapa bidang. Anak-anak
dengan Asperger's syndrome pada umumnya mempunyai fungsi lebih baik
dibandingkan anak-anak autisme.
Selain itu, anak-anak dengan Asperger's syndrome
umumnya mempunyai kecerdasan normal. Dan meskipun mereka kemungkinan
mengalami gangguan berkomunikasi setelah dewasa, anak dengan Asperger's syndrome cenderung mempunyai perkembangan bahasa yang mendekati normal.
Nama gangguan ini diambil dari nama dokter Asal Austria, Hans Asperger, yang pertama kali menggambarkan gangguan ini pada 1944.
Gejala
Gejala Asperger's syndrome bervariasi dan mempunyai rentang dari ringan hingga berat. Gejala-gejala umum termasuk:
Gangguan keterampilan sosial. Anak-anak dengan Asperger's syndrome
pada umumnya kesulitan berinteraksi dengan orang lain dan seringkali
kaku dalam situasi sosial. Pada umumnya mereka sulit berteman.
Perilahu eksentrik atau kebiasaan yang berulang-ulang. Anak-anak dengan kondisi ini kemungkinan melakukan gerakan yang berulang-ulang, seperti meremas-remas atau memutar jari tangan.
Ritual yang tidak biasa. Anak dengan Asperger's syndrome kemungkinan mengembangkan ritual yang selalu diikuti, seperti mengenakan pakaian dengan urutan tertentu.
Kesulitan komunikasi. Orang-orang dengan Asperger's syndrome
kemungkinan tidak melakukan kontak mata saat berbicara dengan
seseorang. Mereka mungkin bermasalah menggunakan ekspresi dan gerak
tubuh serta kesulitan memahami bahasa tubuh. Selain itu, mereka
cenderung bermasalah memahami bahasa dalam konteks.
Keterbatasan ketertarikan. Anak dengan Asperger's syndrome
kemungkinan memiliki ketertarikan yang intens bahkan terobsesi terhadap
beberapa bidang, seperti jadwal olahraga, cuaca atau peta.
Masalah koordinasi. Gerakan anak dengan Asperger's syndrome kelihatan ceroboh dan kaku.
Berbakat. Banyak anak dengan Asperger's syndrome sangat berbakat di bidang tertentu, seperti musik atau matematika.
Penyebab
Penyebab
pasti gangguan ini masih belum diketahui. Akan tetapi, fakta
menunjukkan adanya kecenderungan bahwa gangguan ini diturunkan dalam
keluarga.
Frekuensi
Jumlah
pasti orang yang mengalami gangguan ini belum diketahui. Tapi, gangguan
ini dinyatakan lebih umum dibandingkan autisme. Berdasarkan perkiraan
yang dikutip situs webmd.com,
sindrom ini dialami oleh 0,024 hingga 0,36 persen dari anak-anak.
Gangguan ini lebih umum dialami laki-laki dibandingkan perempuan dan
biasanya terdiagnosis saat anak berusia antara dua dan enam tahun.
Terapi
Asperger's syndrome belum
bisa disembuhkan sepenuhnya. Akan tetapi, Anda bisa mencoba penanganan
yang bisa meningkatkan fungsi dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan. Orang dengan Asperger's syndrome biasanya ditangani dengan kombinasi dari langkah-langkah berikut:
Pendidikan khusus: Pendidikan yang didisain untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak yang unik.
Modifikasi perilaku: Hal ini meliputi strategi untuk mendukung perilaku positif dan mengurangi perilaku bermasalah.
Terapi bicara, fisik dan terapi okupasional: Terapi ini didisain untuk meningkatkan kemampuan fungsional anak.
Obat-obatan.
Tidak ada obat yang khusus untuk menangani Asperger's syndrome. Tapi,
obat-obatan bisa digunakan untuk mengatasi gejala khusus, seperti
kecemasan, depresi, serta perilaku yang hiperaktif dan terobsesi.
(IK/OL-08)
sumber : http://www.autis.info
Label:
Berita
Asperger, Sumber Anak Sulit Sosialisasi
KINI varian autisme semakin banyak diketahui. Salah satunya, sindrom
asperger dengan gejala tidak mampu berkomunikasi efektif dan minimnya
kemampuan koordinasi.
Angka penderita autisme di seluruh dunia
terus meningkat, termasuk di Indonesia. Sayangnya, belum ada data yang
menunjukkan berapa persis angka kejadian penderita autisme di Indonesia.
Tidak
hanya penderitanya yang bertambah, kini varian autisme juga semakin
banyak diketahui. Sindrom asperger merupakan salah satu varian autisme
yang lebih ringan dibandingkan kasus autisme klasik.
Gangguan
asperger berasal dari nama Hans Asperger, seorang dokter spesialis anak
asal Kota Wina, Austria. Pada tahun 1940, Asperger ialah orang pertama
yang menggambarkan pola perilaku khusus pada pasien-pasiennya, terutama
pasien laki-laki.
Asperger memperhatikan bahwa meskipun anak
lakilaki ini memiliki tingkat inteligensia yang normal serta kemampuan
bahasa yang baik, namun mereka memiliki kekurangan dalam kemampuan
bersosialisasi. Umumnya mereka tidak mampu berkomunikasi secara efektif
serta kemampuan koordinasi yang kurang baik.
Menurut Susan B
Stine, MD, Clinical Assistant Professor of Pediatrics Jefferson Medical
College Philadelphia, karakter dari anakanak yang mengalami sindrom
asperger ialah kurangnya kemampuan berinteraksi sosial, pola bicara yang
tidak biasa, dan tingkah laku khusus lainnya.
Kemudian,
anak-anak dengan sindrom asperger biasanya sangat sulit untuk
menampilkan ekspresi di wajahnya serta sulit untuk membaca bahasa tubuh
orang lain.
Mereka kemungkinan juga merasa nyaman dengan
rutinitas tertentu yang harus dilakukan setiap hari serta sensitif
terhadap stimulasi sensori tertentu. Misalnya, mereka akan terganggu
oleh nyala lampu redup yang mungkin tidak diperhatikan oleh orang lain.
"Bisa
saja mereka menutup kuping agar tidak dapat mendengarkan suara di
sekitarnya atau mereka mungkin lebih memilih pakaian dari bahan-bahan
tertentu saja," jelas Stine.
Selain itu, terangnya, ciri dari
anak yang mengalami sindrom asperger adalah terlambatnya kemampuan
motorik, ceroboh, minat yang terbatas dan perhatian berlebihan terhadap
kegiatan tertentu.
Menurut Dokter Spesialis Anak konsultan
Neurologi, dr Hardiono D Pusponegoro, Sp A(K),sindroma asperger adalah
gangguan perkembangan dengan gejala berupa gangguan dalam
bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama
berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang
menarik perhatian.
"Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik
atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak
mengalami keterlambatan bicara," kata Hardiono.
Sekilas
terlihat, anak dengan sindrom asperger tidak berbeda dengan anak yang
pintar dan kreatif. Hanya saja, anak tersebut biasanya memiliki satu
minat tertentu saja untuk dikerjakannya.
Secara keseluruhan,
anak-anak yang mengalami gangguan sindrom asperger mampu melakukan
kegiatan sehari-hari, namun terlihat sebagai pribadi yang kurang
bersosialisasi sehingga sering dinilai sebagai pribadi eksentrik oleh
orang lain.
Menurut Stine, jika penderita sindrom asperger
beranjak dewasa, biasanya mereka akan merasa kesulitan untuk
mengungkapkan empati kepada orang lain serta tetap kesulitan untuk
berinteraksi dengan orang lain.
"Para ahli mengatakan bahwa
penderita sindrom asperger biasanya akan menetap seumur hidup. Namun,
gejala tersebut dapat dikurangi dan diperbaiki dalam kurun waktu
tertentu. Deteksi dini sindrom asperger akan sangat membantu,"
pungkasnya.
(sindo//tty)
sumber : http://www.autis.info
Label:
Berita
8 Prinsip Diet untuk Penyandang Autisme
Tentang pola diet untuk pennyandang autisme, setidaknya ada delapan prinsip diet, yaitu:
8 Prinsip Diet untuk Penderita Autisme
Diet bebas gluten dan kasein minimal tiga bulan; yaitu dengan menghindari produk makanan yang mengandung gluten (biskuit, mie, roti, makanan yang mengandung terigu), produk makanan-minuman yang mengandung susu sapi (keju, mozzarella, butter, permen susu, dsb).
Diet bebas gula minimal 2 minggu dan probiotik. Hindari: gula pasir, sirup, soft drink, fruit juice kemasan, aspartam. Untuk pengganti gula, pakailah gula stevia dan xylitol secara bergantian, atau gula jagung (sorbitol). Gula palem (aren) nartural boleh ditambahkan sedikit untuk membuat kue sebatas aroma.
Diet bebas jamur/fermentasi, dengan menghindari: kecap tauco, keju, kue yang dibuat dengan vermipan/baking soda, termasuk makanan yang lama disimpan, buah-buahan yang dikeringkan (kismis, kurma).
Diet bebas zat adiktif, dengan menghindari semua pewarna, penambah rasa, pengawet, pengemulsi, penyedap rasa (MSG), kaldu kemasan, termasuk menghindari produk olahan (sosis, kormet, chicken nugget, dsb). Boleh memakai zat pewarna alami, seperti daun pandan/suji untuk warna hijau, kunyit untuk warna kuning, dan beet untuk warna merah.
Diet bebas fenol dan salisilat. Fenol terkandung di dalam buah berwarna cerah seperti: anggur, apel, cherry, prunes, plum, almond, dsb. Salisilat terkandung di dalam jeruk dan tomat. Adapun pepaya, mangga, beet, wortel aman dikonsumsi.
Diet rotasi dan eliminasi. Diet ini diberikan setelah memperoleh hasil tes sensitivitas makanan IgG (comprehensive food panel). Untuk makanan yang titer IgG-nya tinggi tidak boleh diberikan sama sekali (eliminasi). Sedangkan makanan yang titer IgG-nya rendah boleh diberikan dengan selang waktu 4 hari (rotasi).
Pengaturan cara memasak dan penyediaan makanan, misalnya:
Diberikan sesuai gejala klinis, hasil pemeriksaan laboratorium, dan kebutuhan harian anak sesuai dengan usia dan berat badan.Misalnya:
sumber : klik disini
1. Diet bebas gluten dan kasein
2. Diet bebas gula
3. Diet bebas jamur/fermentasi
4. Diet bebas zat adiktif
5. Diet bebas fenol dan salisilat
6. Diet rotasi dan eliminasi
7. Pengaturan cara memasak dan penyediaan makanan
8. Pemberian suplemen makanan
Mari kita bahas satu per satu.Diet bebas gluten dan kasein minimal tiga bulan; yaitu dengan menghindari produk makanan yang mengandung gluten (biskuit, mie, roti, makanan yang mengandung terigu), produk makanan-minuman yang mengandung susu sapi (keju, mozzarella, butter, permen susu, dsb).
Diet bebas gula minimal 2 minggu dan probiotik. Hindari: gula pasir, sirup, soft drink, fruit juice kemasan, aspartam. Untuk pengganti gula, pakailah gula stevia dan xylitol secara bergantian, atau gula jagung (sorbitol). Gula palem (aren) nartural boleh ditambahkan sedikit untuk membuat kue sebatas aroma.
Diet bebas jamur/fermentasi, dengan menghindari: kecap tauco, keju, kue yang dibuat dengan vermipan/baking soda, termasuk makanan yang lama disimpan, buah-buahan yang dikeringkan (kismis, kurma).
Diet bebas zat adiktif, dengan menghindari semua pewarna, penambah rasa, pengawet, pengemulsi, penyedap rasa (MSG), kaldu kemasan, termasuk menghindari produk olahan (sosis, kormet, chicken nugget, dsb). Boleh memakai zat pewarna alami, seperti daun pandan/suji untuk warna hijau, kunyit untuk warna kuning, dan beet untuk warna merah.
Diet bebas fenol dan salisilat. Fenol terkandung di dalam buah berwarna cerah seperti: anggur, apel, cherry, prunes, plum, almond, dsb. Salisilat terkandung di dalam jeruk dan tomat. Adapun pepaya, mangga, beet, wortel aman dikonsumsi.
Diet rotasi dan eliminasi. Diet ini diberikan setelah memperoleh hasil tes sensitivitas makanan IgG (comprehensive food panel). Untuk makanan yang titer IgG-nya tinggi tidak boleh diberikan sama sekali (eliminasi). Sedangkan makanan yang titer IgG-nya rendah boleh diberikan dengan selang waktu 4 hari (rotasi).
Pengaturan cara memasak dan penyediaan makanan, misalnya:
1. Minum air minimal 8 gelas sehari dari air mineral kemasan atau air yang telah disaring (water purifying system).
2. Menu
makanan banyak buah dan sayuran segar setiap hari, misalnya: pepaya,
kiwi, nanas. Diberikan bergantian dan sesuai selera anak.
3. Sediakan makanan tinggi protein saat sarapan pagi.
4. Sebaiknya semua makanan dipersiapkan dari rumah, sebagai bekal di sekolah.
5. Pilih peralatan memasak yang terbuat BUKAN dari logam berat.
6. Gantilah peralatan yang terbuat dari alumunium dan teflon dengan alat yang terbuat dari STAINLESS STEEL atau KACA (PYREX).
7. Pisahkanlah semua peralatan ini agar tidak terkontaminasi/tercemari.
Pemberian suplemen makananDiberikan sesuai gejala klinis, hasil pemeriksaan laboratorium, dan kebutuhan harian anak sesuai dengan usia dan berat badan.Misalnya:
1. Kalsium (1000 mg/hari dosis terbagi).
2. Magnesium glisinat (200-300 mg/hari).
3. Zinc pikolinat dan alfa ketoglutarat (20-50 mg/hari).
4. Selenium (50-100 mg/hari).
5. Vitamin A natural dalam bentuk Cod Liver Oil (dosis sekitar 2500 IU/hari).
6. Vitamin B6 dengan P5P sekitar 50 mg/hari.
7. Vitamin C (dalam bentuk Ester C 500 mg/hari dalam dosis terbagi).
8. Vitamin E (100-200 IU/hari) sebagai antioksidan.
9. Asam
Lemak Esensial, diberikan dalam bentuk EPA (Eicosapentoic Acid) 750
mg/hari, DHA (Docosahexanoic Acid) 250-500 mg/hari, dan GLA (Gamma
Linoleic Acid) 50-100 mg/hari dalam EPO (Evening Primrose Oil) 1000-1500
mg/hari.
10. Asam amino dalam bentuk amino acid complex 1 kapsul/hari.
11. Kolustrum dalam bentuk liquid 1/2 sendok teh 2x sehari (2,5 gram).
12. Enzim, misalnya: Enzyme-Complete with DPP-IV, 3x sehari, diberikan pada awal makan.
13. Probiotik, diberi preparat yang mengandung 6 jenis mikroorganisme dalam satu kapsul, dosis 1-2 kapsul/hari.
14. Methylulfonylmethane (MSM), diberikan bila pada anak terdapat lingkaran hitam di sekitar atau di bawah mata.
15. Ubiquinone (30 mg 1-2 kapsul/hari).
16. Yeast Control, bila perlu dapat diberikan: oregano, golden seal, dsb.
17. Biotin (300 mg/hari).
18. Taurin, diberikan bila buang air besar (anak penderita autisme) berwarna pucat seperti dempul, sejumlah 1-3 kapsul/hari.
19. Reduced L-Glutathione, 1 kapsul/hari, untuk mencegah kerusakan sel, sebagai antioksidan, dan kelasi alami logam berat.
Setelah
pemberian diet di atas, sebaiknya dievaluasi dengan cara
mengidentifikasi setiap gejala yang timbul, lalu dibuat perbandingan
sebelum dan sesudah melakukan diet.sumber : klik disini
Label:
Artikel