oleh: Argono S. Hadiwidjojo
mungkin terik panas telah begitu mendera
tetes hujan terobos tiap pori kulit, merasuk jantung
menuju akhir langkahmu mendaki, meniup kuat angin
menghempas kelopak-kelopak kemuning, menggigit
rasa sakit, terjatuh kau
tetes hujan terobos tiap pori kulit, merasuk jantung
menuju akhir langkahmu mendaki, meniup kuat angin
menghempas kelopak-kelopak kemuning, menggigit
rasa sakit, terjatuh kau
menggantung mendung menghitam
angin mengabut, pupus pagi
malam berpanjang
runtuhkah langitmu
angin mengabut, pupus pagi
malam berpanjang
runtuhkah langitmu
hujan tumpahan langit sisakan gerimis
tak mungkin bohongi diri, mengalah
bukan kalah, perjalanan
sungguh masih panjang
jangan keluh tutupi syukurmu
telah Ia beri kau mampu
tak mungkin bohongi diri, mengalah
bukan kalah, perjalanan
sungguh masih panjang
jangan keluh tutupi syukurmu
telah Ia beri kau mampu
(di batang adenium tua kukenangkan kekasih
muncul samar, begitu kerap
mengetuk-ngetuk pintu hati, begitu perkasa
atasi dera, bagai lagu alirkan nada
alunkan kasih, laut tenang dalam gelombang
buaikan rindu, kejaran canda menggoda
meraih tepian pantai, merapat berlabuh)
muncul samar, begitu kerap
mengetuk-ngetuk pintu hati, begitu perkasa
atasi dera, bagai lagu alirkan nada
alunkan kasih, laut tenang dalam gelombang
buaikan rindu, kejaran canda menggoda
meraih tepian pantai, merapat berlabuh)
pada batang luka
dengan helai daun tersisa
kuntum muda menjelma
(di ruang sunyi tersunyi, cinta
mendidik tanpa sebiji kata)
dengan helai daun tersisa
kuntum muda menjelma
(di ruang sunyi tersunyi, cinta
mendidik tanpa sebiji kata)
sumber: disini