Penderita austisme
memiliki kesulitan berkomunikasi dan memahami perkataan dan perasaan
orang lain. Akibatnya, penderita sering kesulitan mengekspresikan diri
melalui kata, bahasa tubuh, raut wajah dan sentuhan. Anak yang mengidap
autisme sangat sensitif terhadap suara, sentuhan, bau, dan pemandangan
yang bagi orang lain dianggap normal. Autisme menyerang enam hingga
delapan anak setiap 1.000 kelahiran.
Orangtua dapat mendeteksi
gejala autisme sejak usia tiga tahun. Beberapa anak menunjukkan
tanda-tanda autisme sejak lahir. Sebagian lainnya tumbuh normal dan
namun mengalami gejala autisme pada usia 18-36 bulan. Anak laki-laki
penderita autisme empat kali lebih banyak daripada anak perempuan.
Gejala autisme tidak mengenal suku, etnis, atau kondisi sosial lainnya
seperti pendapatan, gaya hidup, atau tingkat pendidikan orang tua.
Berikut beberapa jenis autisme:
* Gangguan autistik
Gejala
ini sering diartikan orang saat mendengar kata autisme. Penderitanya
memiliki measalah interaksi sosial, berkomunikasi, dan permainan
imaginasi pada anak di bawah usia tiga tahun.
* Sindrom Asperger
Anak
yang menderita sindrom Asperger memiliki problem bahasa. Penderita
sindrom ini cenderung memiliki intelegensi rata-rata atau lebih tinggi.
Namun seperti halnya gangguan autistik, penderita kesulitan
berinteraksi dan berkomunikasi.
* Gangguan perkembangan menurun (PDD)
Gejala
ini disebut juga non tipikal autisme. Penderita memiliki gejala-gejala
autisme, namun berbeda dengan jenis autistik lainnya.
* Sindrom Rett
Sindrom
ini terjadi hanya pada anak perempuan. Mulanya anak tumbuh normal.
Pada usia satu hingga empat tahun, terjadi perubahan pola komunikasi,
dengan pengulangan gerakan tangan dan pergantian gerakan tangan.
* Gangguan Disintegrasi Anak
Pada
gejala autisme ini, anak tumbuh normal hingga tahun kedua. Selanjutnya
anak akan kehilangan sebagian atau semua kemampuan komunikasi dan
keterampilan sosialnya.
Para peneliti memperkirakan kombinasi gen
dalam keluarga menyebabkan subtipe autisme. Bahan kimia atau
obat-obatan yang masuk dalam tubuh ibu selama kehamilan berperan dalam
gejala autisme. Dalam beberapa kasus, autisme berkaitan dengan tingkat
phenylketonuria (gangguan metabolisme yang disebabkan tidak adanya
hormon tertentu), virus rubella, dan penyakit celiac (tidak mampu
menoleransi gluten dalam tepung).
Walaupun penyebab autisme belum
diketahui pasti, peneliti menilai autisme disebabkan ketidaknormalan
bagian otak yang mengintrepretasi bahasa. Ketidakseimbangan kimiawi otak
mempengaruhi terjadinya gejala autisme.
sumber : http://www.autis.info
Posting Komentar